Dari aksi
pembalasan tersebut, banyak orang yang akhirnya salah paham akan sikap Islam
terkait dengan hal-hal yang dianggap suci. Mereka beranggapan bahwa Islam
adalah agama yang melarang bahkan memerintahkan untuk menghancurkan hal-hal
yang dianggap suci. Prof. Dr. Hasan Ash-Shaghir kemudian menegaskan bahwa hal tersebut
tidak mencontohkan apa yang diajarkan oleh Islam. ”Esensi Islam tidak dilihat
dari sikap pemeluknya. Karena bisa saja mereka memahami Islam dari sumber atau
dengan cara yang salah.” tegasnya.
Beliau lantas menjelaskan, bahwa Islam
adalah agama yang membangun, bukan agama yang menghancurkan. Hal tersebut dapat
dilihat dari firman Allah SWT pada surah Al-Hajj ayat 40:
الَّذِيْنَ
اُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ اِلَّآ اَنْ يَّقُوْلُوْا رَبُّنَا
اللّٰهُ ۗوَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ
صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَّصَلَوٰتٌ وَّمَسٰجِدُ يُذْكَرُ فِيْهَا اسْمُ اللّٰهِ
كَثِيْرًاۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ لَقَوِيٌّ
عَزِيْزٌ
“(Yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya, tanpa alasan yang benar hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami adalah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara, gereja-gereja, sinagoge-sinagoge, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sungguh, Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.” (QS. Al-Hajj: 40)
Hal serupa juga dapat dilihat
pada pesan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat yang
akan berangkat berperang. Nabi Muhammad SAW bersabda:
سَتَجِدُوْنَ أَقْوَامًا يَعْتَزِلُوْنَ فِي الصَّوَامِعِ
لَا تَتَعَرَّضُوْا لَهُمْ وَلَا تَقْتُلُوْا امْرَأَةً وَلَا كَبِيْرًا فَانِيًا
وَلَا صَغِيْرًا وَلَا تُقَطِّعُوْا شَجَرَةً وَلَا تُهَدِّمُوْا بِنَاءً
“Kalian akan menemukan orang-orang yang mengungsi di sinagoge. Jangan mengganggu mereka! Jangan membunuh
wanita! Jangan membunuh orang
tua renta! Jangan membunuh anak kecil! Jangan menebang pohon! Dan jangan
merobohkan rumah!”
Prof. Dr. Mahmud Ash-Shawi—mantan Wakil Dekan Fakultas Dakwah Universitas
Al-Azhar—selaku pembicara pertama pada acara tersebut
menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW juga mencontohkan hal yang sama. Bagaimana
beliau berinteraksi dengan orang-orang kafir Makkah dalam kesehariannya,
bagaimana beliau kemudian hijrah ke Habasyah yang
notabenenya saat itu adalah negara mayoritas Nasrani, kemudian komentar beliau
SAW tentang Raja Habasyah yang beragama Nasrani ”Sesungguhnya disana—Habasyah—ada
seorang raja yang tidak berbuat zalim kepada siapapun”.
”Setiap peradaban dan setiap
budaya memiliki hal-hal yang mereka anggap suci. Islam tidak hanya sekedar
memerintahkan pemeluknya untuk menghormati hal-hal yang dianggap suci bagi
mereka. Lebih dari itu, Islam memerintahkan untuk menghormati bahkan melarang
untuk mencela hal-hal yang dianggap suci oleh orang-orang nonmuslim. Sebagaimana
dikutip dari Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, menghancurkan salib milik orang nonmuslim yang dzimmi adalah bentuk perlawanan dan layak untuk mendapatkan
hukuman serta wajib untuk mengganti rugi.” tutur Prof. Dr. Mahmud Ash-Shawi. Lebih
lanjut lagi, beliau menyebutkan bahwa Islam tidak hanya sekedar memerintahkan
untuk menghormati hal-hal suci menurut orang nonmuslim. Namun Islam juga
memerintahkan untuk menghormati hak kepemilikan dari orang nonmuslim.
Sebagai penutup, Prof. Dr. Ibrahim Al-Hudhud—mantan Rektor Universitas Al-Azhar—menyebutkan, bahwa pembakaran mushaf dan pelecehan terhadap Islam bukanlah hal yang baru. Hal itu terjadi karena mereka beranggapan bahwa tidak ada yang suci selain akal. Mereka tidak memiliki agama yang dianggap suci. Namun pembalasan dengan cara melakukan hal serupa juga bukan merupakan hal yang diajarkan oleh agama ataupun orang-orang Islam pada generasi awal. Dapat kita lihat bagaimana para tokoh Islam generasi emas tersebut ketika menduduki suatu daerah. Mereka tak lantas menghancurkan tempat ibadah atau hal-hal yang dianggap suci oleh penduduk setempat yang nonmuslim. Sikap tersebut jelas muncul dari pemahaman mereka yang benar dan mendalam mengenai apa yang diajarkan oleh agama serta nabi SAW sang pembawa agama. Mereka paham betul bahwa akan muncul hal-hal yang lebih buruk ketika mereka melakukan hal tersebut.
Editor: Gelar Washolil Autho'