Manisnya Perayaan Maulid Nabi di Mesir

Manisnya Perayaan Maulid Nabi di Mesir
Foto: shorouknews.com

Rabiulawal–bulan ketiga dalam kalender Hijriahmenjadi salah satu bulan yang istimewa bagi umat Islam. Tanggal dua belasnya diperingati sebagai hari lahir Nabi Muhammad SAW. Peringatan tersebutyang sering diistilahkan dengan maulid Nabidirayakan dalam beragam ekspresi, tradisi, serta ciri khas yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh berbagai macam budaya, kebiasaan, dan peristiwa yang terjadi dan ada pada umat Islam di seluruh dunia. Terlepas dari perdebatan mengenai boleh dan tidaknya, kemajemukan perayaan tersebut setidaknya memberikan media baru bagi kita untuk merenungi salah satu ayat dalam Al-Qur'an surah Al-Hujurat yang intinya, Allah SWT menciptakan umat manusia berbeda-beda dengan tujuan agar saling mengenal.

Maulid Nabi dalam tradisi umat Islam di Indonesiaterkhusus yang kita kenal di Jawadiisi dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat religi sekaligus sosial. Muludan, contohnya, diisi dengan pembacaan sirah nabawiah melalui buku-buku kasidah maupun ceramah, kemudian ditutup dengan ambengan atau jamuan makan dan minum yang sudah disiapkan sebelumnya secara gotong royong. Contoh lainnya ada grebeg, perayaan maulid yang diselenggarakan oleh kerajaan-kerajaan Mataram Islam. Sedekah dari para raja dalam bentuk gunungan berisi uang tunai, hasil bumi, dan makanan diarak berkeliling serta dibagikan kepada seluruh masyarakat setelah didoakan oleh para ulama di masjid jami. Semuanya merupakan ekspresi kecintaan dan usaha untuk mengikuti ajaran dan suri teladan Nabi Muhammad SAW.

Sebagai mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Mesir, dua fenomena perayaan tadi setidaknya juga bisa dirasakan dengan semangat yang sama, namun tentunya dengan tradisi dan ciri khas yang berbeda. Menurut beberapa catatan sejarah, daulat Fatimiyahyang berkuasa di Mesir antara tahun 358-567 Hijriah/969-1171 Masehi–dianggap memberikan pengaruh besar dalam tradisi dan ciri khas maulid Nabi maupun beberapa perayaan keagamaan lainnya. Pengaruh atau warisan tersebut akhirnya terus lestari sampai sekarang. "Manis" sepertinya menjadi kata yang tepat untuk mendeskripsikan perayaan maulid Nabi, baik secara tersurat dalam arti merayakannya dengan rasa bahagia maupun tersirat dalam simbol-simbol tradisinya.

Sultan Al-Hakim Biamrillahsultan keenam daulat Fatimiyahmenjadikan bulan Rabiulawal sebagai waktu yang sangat istimewa bagi dirinyasecara pribadimaupun seluruh rakyatnya. Waktu tersebut digunakan untuk menyelenggarakan karnaval di sepanjang jalan utama kota. Diisi dengan acara arak-arakan sang raja beserta istri dengan dandanan dan hiasan yang paling indah bagaikan pasangan pengantin yang baru menikah. Di belakangnya, arak-arakan patung yang dibentuk mirip dengan keduanya dan seekor kuda jingkrak berukuran besar yang terbuat dari madu, gula, dan bahan-bahan makanan yang mempunyai rasa manis. Selain karnaval, Sultan Al-Hakim juga memerintahkan seluruh rakyatnya untuk melangsungkan pernikahan di bulan yang mulia ini. Kemudian, dia memberikan hadiah sebuah patungyang mirip dengan yang ada di karnaval, namun dalam bentuk yang lebih kecilkepada seluruh pasangan pengantin sebagai simbol harapan dan doa agar mereka selalu dalam kebahagiaan.

Manisnya Perayaan Maulid Nabi di Mesir

Di masa sekarang, patung pengantin tidak lagi terbatas sebagai hadiah untuk pasangan pengantin saja. Masyarakat membelinya sebagai salah satu tradisi yang harus ada pada perayaan maulid Nabi. Dari segi bahan pembuatannya pun agak berbeda dengan versi tradisionalnya. Di toko Halawani (pengrajin makanan manis) dan Mahmasot (pengrajin camilan kacang), banyak kita temui ornamen boneka-boneka plastik yang dihias menyerupai pengantin di pamerkan di depan toko-toko tersebut. Boneka-boneka ini menjadi penanda bahwa sekarang masyarakat Mesir sedang merayakan maulid Nabi. Di toko-toko itu pula, banyak di jajakan makanan-makanan manis khas maulid Nabi bernama halawatul maulid, seperti fuliyah (permen kacang tanah), simismiyah (permen kacang wijen), humusiyah (permen kacang Arab), malban (permen yang sering dikenal sebagai turkish delight), dan oroz (kepingan permen kacang dengan bentuk yang lebih besar, seperti kacang almond, pistachio, hazelnut, dan mede). Masyarakat membelinya untuk saling berbagi kebahagiaan kepada sesama, sejalan dengan anjuran nabi yang sedang diperingati kelahirannya, sebarkan kedamaian dan rasa bahagia dengan salah satu jalannya adalah memberi makanan.

Redaktur: Muhib Jihad
Editor: Rofiqul Amin
Lebih baru Lebih lama